Aba yang sakit wasir menolak ke rumah sakit karena merasa malu. Koh Aseng pun memanggilkan dokter untuk datang memeriksanya. Namun ternyata dokter yang memeriksa adalah dokter wanita. Aba menolak karena tak mau diperiksa oleh wanita yang bukan muhrim. Haruskah Aba mempertahankan tradisinya dan membiarkan penyakitnya bertambah parah?